Pendekatan Resource Based View untuk Analisis Organisasi
Resource-Based View (RBV) merupakan teori terapan
dari strategi manajemen SDM (Strategic Human Resources Management) yang dapat
digunakan untuk mengembangkan model-model dan memungkinkan prediksi serta
pemahaman terhadap pengaruh dari praktik-praktik sumber daya pada fungsi
organisasi. Namun, sampai sekarang salah satu dari kekurangan yang paling nyata
dari strategi manajemen SDM adalah kurangnya basis teori yang kuat untuk
pengkajian fungsi dari strategi tersebut di dalam organisasi yang lebih besar
(Mahoney & Deckop, 1986).
Grant (1991) menyatakan ketidakpuasan
dengan model keseimbangan statis dari organisasi ekonomi industri yang
mendominasi bidang strategi, para peneliti meninjau kembali teori-teori lama
tentang laba dan kompetisi yang berkaitan dengan pernyataan Ricardo (1817) dan
Penrose (1959). RBV ini berbeda dari pandangan strategi tradisional dalam hal
penekanan pada keunggulan kompetitif dalam konteks antara strategi dan sumber
daya internal perusahaan. RBV berfokus pada internal perusahaan sedangkan
pandangan analisis strategi tradisional lebih berfokus pada industri dan
lingkungan.
Menurut Barney (1991) keunggulan bersaing
yang berkelanjutan hanya ada apabila upaya pihak lain gagal untuk meniru
keunggulan tersebut, sedangkan teori RBV menyatakan keunggulan bersaing hanya
dapat muncul dalam situasi heterogenitas dan imobilitas sumber daya perusahaan.
Asumsi inilah yang berfungsi untuk membedakan model berbasis sumber daya dari
model manajemen strategi tradisional. Model strategi tradisional menyatakan
sumber daya selalu bergerak, dalam hal ini perusahaan dapat membeli atau
membuat sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. Agar sumber daya
tersebut memberikan keunggulan bersaing yang berkelanjutan, maka sumber daya
harus memiliki 4 kriteria sebagai berikut:
a. Memberikan
nilai positif bagi perusahaan.
b. Mempunyai
sifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing
yang ada sekarang ini.
c. Sukar
ditiru.
d. Tidak
dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan pesaing.
Barney
(1991) menyatakan bahwa dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk
membeli atau mengambil keunggulan bersaing berkelanjutan yang dimiliki suatu
organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya
yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan.
2.1.1 Sumber Daya Internal Perusahaan
Menurut
teori RBV sumber daya internal lebih penting untuk perusahaan dibandingkan
faktor eksternal dalam mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing
(Brahmana, 2007). Menurut Fred R. David (2009) kinerja organisasi ditentukan
oleh sumber daya internal yang dapat dikelompokan dalam 3 kategori:
1.
Sumber daya fisik,
meliputi semua pabrik dan peralatan, lokasi, sistem dan teknologi, bahan baku
dan mesin.
2.
Sumber daya manusia
meliputi semua karyawan, pelatihan, pengalaman, kepandaian dan kemampuan.
3.
Sumber daya organisasi
meliputi struktur perusahaan, proses perencanaan dan strategi perusahaan.
2.1.2 Komponen Sumber Daya
Internal
Berikut
ini komponen sumber daya internal perusahaan berdasarkan ketiga kategori sumber
daya internal:
1.
Human Capital
Human
capital merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang
digunakan untuk menghasilkan pelayanan yang professional (Coff, 1997). Konsep
human capital menjadi masalah menarik sejak terjadinya pergeseran ekonomi yang
berbasis industri ke arah ekonomi yang mengarah pada kehandalan sistem
komunikasi, informasi, dan pengetahuan. Menurut Derek Stockley (2003), perlunya
human capital pada masa sekarang berdasarkan pada:
a.
Kuatnya tekanan
persaingan keuntungan finansial dan non finansial.
b.
Pemimpin bisnis dan
politik mulai mengakui bahwa memiliki orang dengan kemampuan dan motivasi
tinggi dapat memberikan perbedaan peningkatan kinerja yang signifikan.
c.
Untuk tumbuh dan
beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus mengenali nilai dan kontribusi
manusia.
d.
Terjadinya perubahan yang
cepat dengan ditandai adanya proses teknologi baru tidak dapat bertahan lama
apabila pesaing mampu mengadopsi teknologi yang sama.
2. Strategi
Dalam
bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari
beberapa ahli. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (2002) mendefinisikan strategi
sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan
melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai
kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).
WF Glueck dan LR Launch (2008) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang
disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi. Secara umum strategi dapat didefinisikan sebagai rencana tentang
serangkaian manuver yang mencakup seluruh elemen tangible maupun intangible
untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.
3. Sistem
Terdapat
dua aspek yang bisa menjelaskan pengertian sistem, yaitu aspek fisik dan aspek
fungsi. Ditinjau dari aspek fisik, Scott (1996) mengatakan sistem terdiri dari
unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing), dan keluaran
(output). Ada 4 ciri pokok sistem, yaitu sistem yang beroperasi dalam suatu
lingkungan, terdiri atas unsurunsur, ditandai dengan saling berhubungan dan
mempunyai satu fungsi serta tujuan utama. Sedangkan ditinjau dari aspek fungsi,
sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan
dikembangkan sesuai dengan skematis yang terintegrasi dalam melaksanakan suatu
aktivitas utama dalam bisnis. Mc.Leod (1995) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan.
4. Kinerja
Perusahaan
Menurut
Tika (2006) kinerja merupakan hasil fungsi pekerjaan seorang atau kelompok
dalam organisasi yang dipengaruhi berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu. Oleh karena itu, kinerja perusahaan
dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
periode waktu tertentu berdasarkan pada standar yang ditetapkan.
2.1.3 Sumber Daya Manusia
Sumber
daya manusia (SDM) adalah sumber daya yang terkandung dalam diri manusia untuk
mewujudkan peran sebagai makhluk sosial adaptif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri. Dalam pengertian praktis, SDM merupakan bagian
integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi (Greer, 1995). Untuk
mendapatkan SDM berkualitas harus melewati serangkaian pelatihan dan
pengembangan. Menurut Mathis (2002) pelatihan adalah suatu proses mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu tujuan organisasi. Mangkunegara (2005)
menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi:
1.
Mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan atau need assessment.
2.
Menetapkan tujuan dan
sasaran pelatihan.
3.
Menetapkan kriteria
keberhasilan dengan alat ukurnya.
4.
Menetapkan metode
pelatihan.
5.
Mengadakan percobaan dan
revisi.
6.
Mengimplementasikan dan
mengevaluasi.