Friday, February 7, 2020

Kapasitas beradaptasi dengan perubahan

kapasitas beradaptasi dengan perubahan, analisis internal oganisasi menentukan kompetensi dan kenggulan kompetitif

2.1  Kapasitas beradaptasi dengan perubahan

Di tengah cepatnya perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi suatu perusahan, maka tidak berlebihan bila kapasitas untuk beradaptasi dan kemampuan perusahan untuk menghadapi berbagai kesulitan jadi sumber keunggulan organisasi.
Beberapa literatur tentang organisasi belajar ( learning organization) dan kapasitas untuk berubah (capacity to change) dan resiliens (resiliensy). Menurut Peter Senge (1990) belajar yang sesungguhnya terjadi ketika orang terus-menerus meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan apa yang ingin ia ciptakan (dan biasanya sesuatu yang lebih baik). Menurut Kantor Konsultan Arthur Andersen (Lauer de Paulson 1997), “ keinginan belajar” saja memang tidak cukup untuk dapat berubah. Perubahan sangat bergantung pada kapasitas untuk berubah (capacity to change).
Kapasitas untuk berubah adalah kemampuan sebuah institusi berubah lebih cepat atau  berhasil ketimbang yang lain. Jika kita merancang sebuah perubahan, namun kita tidak memiliki kapasitas.
Pengertian kapasitas berdasarkan McNair, C.J (1994) yang dirangkum oleh Maria Du mendefinisikan kapasitas sebagai sumber daya yang dimiliki oleh  perusahaan yang siap untuk digunakan yang dapat menggambarkan potensi  keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan pada masa mendatang. McNair C.J dan Vangermeersch (1998) mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan dari  suatu organisasi atau perusahaan untuk menciptakan nilai dimana kemampuan  tersebut didapatkan dari berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Chase (2001, p355), definisi kapasitas dalam konteks manajemen operasi sebaiknya didefinisikan sebagai, “The amount of resource inputs available relative to output requirements over a particular period of time”. Berdasar definisi tersebut maka disimpulkan bahwa kapasitas adalah kemampuan pengelolaan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan hasil akhir yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dalam kerangka waktu tertentu.
Definisi kapasitas menurut Hilton, Maher dan Selto (2003) adalah  kapasitas merupakan ukuran dari kemampuan proses produksi dalam mengubah sumber daya yang dimiliki menjadi suatu produk atau jasa yang akan digunakan oleh konsumen.
Menurut Uni Eropa pengembangan kapasitas adalah proses yang dialami oleh individu, kelompok dan organisasi untuk memperbaiki kemampuan mereka dalam melaksanakan fungsi mereka dan mencapai hasil yang diinginkan (Morgan, 2004). Dari pengertian ini kita dapat memberi penekanan pada dua hal penting: 1) pengembangan kapasitas sebagian besar berupa proses pertumbuhan dan pengembangan internal, dan 2) upaya-upaya pengembangan kapasitas haruslah berorientasi pada hasil.
Dengan demikian pengembangan kapasitas dapat diartikan sebagai suatu proses dimana orang-orang, organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan mengeluarkan, memperkuat, menciptakan, mengadaptasikan dan memelihara kemampuan mereka seiring dengan berjalannya waktu.
Sedangkan manfaat dari kegiatan Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) dalam pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :
a.       Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk.
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
b.      Meningkatkan produktivitas.
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
c.       Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja.
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
d.      Meningkatkan komitmen karyawan.
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e.       Mengurangi turn over dan absensi.
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.