PEMBAHASAN
RELEVANSI
KONSEP ILMU KEPERILAKUAN DALAM LINGKUNGAN PERENCANAAN
A. Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi merupakan suatu system untuk
menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam
proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah
memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk
mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi.
Namun, pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek
keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak
dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan
informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah
suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan
perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya.
1.
Memberikan
gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru
yang ingin diperkenalkan.
2.
Membantu
dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.
3.
Untuk
meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui subbidang
akuntansi.
1.
Untuk
memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
2.
Untuk
mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis.
3.
Untuk
mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan.
Anggaran dan akuntansi memiliki hubungan yang sangat
erat dimana akuntansi menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk
mengadakan estimasi-estimasi yang akan dituangkan dalam anggaran yang nantinya
akan dijadikan sebagai pedoman kerja di waktu mendatang.. Anggaran merupakan
suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan dan dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) mendatang. Orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
penyusunann anggaran serta pelaksanaannya adalah pemimpin perusahaan. Namum
siapa atau bagian apa yang ditugaskan untuk mempersiapkan dan menyusun anggaran
tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari setiap perusahaan.
Pada dasarnya aspek keperilakuan dari penganggaran
mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam penyusunan anggaran dan
perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan
anggaran. Beberapa fungsi anggaran yaitu:
1. Anggaran
merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran
merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan prioritas
manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
3. Anggaran
bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam
departemen atau divisi organisasi yang satu dengan lainnya.
4. Dengan
menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran berfungsi
sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual yang dapat dibandingkan.
5. Anggaran
berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan
bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan.
6. Anggaran
mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan untuk
terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan
efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.
C.
Relevansi
Konsep Ilmu Keprilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan
1. Dampak
dari Lingkungan Perencanaan
Sebelum konsep ilmu keperilakuan yang memengaruhi
proses perencanaan atau penyusunan anggaran dibahas, faktor-faktor yang
menimbulkan variasi dalam lingkungan perencanaan perlu dipertimbangkan.
Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada
struktur, proses, pola-pola interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut
kadang kala disebut dengan budaya atau iklim organisasi. Sehingga meliputi
tingkat formalitas dalam interaksi manusia, penerimaan manajemen puncak
terhadap ide-ide baru, prosedur, dan perangkat untuk membuat agar pekerjaan
dilakukan, perasaan identifikasi dengan organisasi, tingkat kohesi dari tenaga
kerja dan seterusnya.
2.
Ukuran dan Struktur Organisasi
Ukuran dan strutur pada organisasi mempengaruhi perilaku
manusia dan pola interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dann
pengendalian serta evaluasi terhadap proses perencanaan. Ukuran organisasi
mungkin dipandang sebagai jumlah karyawan, nilai dolar dari pabrik fisik,
volume penjualan, jumlah kantor cabang, atau ukuran kuantitatif lainnya yang
membedakan organisasi
Ukuran organisasi mempengaruhi struktur organisasi. Di
perusahaan-perusahaan kecil, struktur perencanaan dan pengendalian adalah
relatif sederhana karena aktivitas organisasi hanya dilaksanakan oleh sedikit
orang sehingga dapat dikendalikan dengan mudah dan cepat. Sebaliknya,
perusahaan-perusahaan besar harus mengembangkan struktur organisasi yang
kompleks untuk berurusan dengan administrasi dari berbagai fungsi organisasi.
3.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan
perencanaan organisas. Teori X dari McGregor menjelaskan gaya
kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secara ketat, dimana kebutuhan
efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk
berurusan dengan bawahannya. Berbeda dengan Teori Y yang dikemukakan
oleh McCregor dan gaya kepemimpinan Likert mendorong tingkat keterlibatan dan
partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengembilan keputusan.
Untuk dapat mempraktikkan gaya kepemimpinan secara
efektif, manajer atau atasan harus memperhatikan dan menyesuaikan dengan
tingkat perkembangan bawahannya. Ada empat jenis perkembangan bawahan :
a.
Bawahan yang memiliki kecakapan rendah dan komitmen
tinggi.
b.
Bawahan yang memiliki sedikit kecakapan dan komitmen
rendah.
c.
Bawahan yang memiliki kecakapan tinggi dan komitmen
bervariasi.
d.
Bawahan yang memiliki kecakapan tinggi dan komitmen
tinggi.
Berikut merupakan tabel yang meringkas gaya
kepemimpinan dan kesesuaiannya dengan perkembangan bawahan.
TINGKAT PERKEMBANGAN BAWAHAN
|
GAYA
KEPEMIMPINAN YANG SESUAI
|
P1
Kecakapan
Rendah
Komitmen
Tinggi
|
G1
MENGARAHKAN
Struktur,
Kontrol, dan Pengawasan
|
P2
Sedikit
Kecakapan
Komitmen
Rendah
|
G2
MELATIH
Mengarahkan
dan Mendukung
|
P3
Kecakapan
Tinggi
Komitmen
Bervariasi
|
G3
MENDUKUNG
Memuji,
Mendengarkan, dan Memudahkan
|
P4
Kecakapan
Tinggi
Komitmen
Tinggi
|
G4
MENDELEGASIKAN
Menyerahkan
tanggungjawab untuk pembuatan keputusan sehari-hari
|
4.
Stabilitas Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi
lingkungan perencanaan yang meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan
pasokan, struktur industri yang melayani organisasi, hakikat persaingan, dll.
Perubahan lingkungan yang dramatis dalam tingkat bunga, fluktuasi nilai tukar
mata asing, dan semakin meningkatnya persaingan dari luar negeri adalah
beberapa kasus di antaranya. Sehingga diperlukan keputusan yang cepat dan tegas
dalam penyesuaian tujuan atau strategi yang diperlukan. Pada kasus-kasus ini,
gaya kepemimpinan otoriter terbukti lebih efisien dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
yang demokratif dan partisipatif.
D. Konsep –Konsep Keprilakuan Yang Relevan Dalam Proses
Penyusunan Anggaran
1. Tahap
penetapan tujuan
Selama tahap penetapan tujuan baik tujuan umum ataupun
tujuan khusus dari manajemen puncak diterjemahkan kedalam target-target yang
pasti dan dapat diukur bagi organisasi serta bagi setiap submit utama.
2. Keselarasan
Tujuan
Masalah utama dalam penetapan tujuan adalah
mencapai suatu tingkat keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang
mungkin diantara tujuan-tujuan organisasi, subunit-subunit, dan
anggota-anggota yang turut berpartisipasi.
3. Partisipasi
Suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua
bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa
depan terhadap mereka yang membuatnya.
4. Manfaat
Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil
adalah bahwa partisipan menjadi terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan
mereka. Pada dasarnya partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong
insiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen.
5. Batasan
dan Permasalahan Partisipasi
Bahkan dalam kondisi yang paling ideal sekalipun,
partisipasi dalam penetapan tujuan mempunyai keterbatasan tersendiri. Karena
proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan
hasil isi dari anggaran mereka, kekuasaan ini bisa digunakan dengan cara
yang memiliki konsekuensi disfungsional bagi organisasiitu sendiri.